PENCIPTAAN FILM DOKUMENTER œSOTUNG MAGO MENGGUNAKAN GAYA EKSPOSITORY

Authors

  • Surya Darma Universitas Potensi Utama
  • Sri Wahyuni Universitas Potensi Utama
  • Haga Putra Arza Polem Universitas Potensi Utama

DOI:

https://doi.org/10.24114/gr.v12i2.49069

Keywords:

sotung mago, batak art, expository

Abstract

Sotung Mago is a Batak language which means don't disappear. The film Sotung Mago explains anxiety to the younger generation of children who do not know and understand the meaning of art, especially in this case the Toba Batak. According to Dennis Huisman art can be conceptualized as an activity imitating nature, an activity playing around with art forms. Art can be equated with work methods or carpentry methods and techniques. Meanwhile, culture contains the whole understanding of values, norms, knowledge and all social, religious and other structures. Art and culture are usually interrelated or related which are inherited by the community, especially in this case the Batak. However, not a few people have ignored the artistic heritage in the Toba Batak so that the current generation doesn't know about it. The purpose of this research is to explore the creation of the documentary film œSotung Mago using expository style and to visualize several Toba Batak arts through documentary films. The method used refers to the stages of creative creation, namely the Preparation Stage, Incubation Stage, Illumination Stage (inspiration stage), and finally the Verification stage (proof or testing stage). The results of the Creation of the Documentary Film "Sotung Mago" use the expository documentary model so that the visuals look natural, descriptive, and informative through explanations from several relevant sources, and added Voice Over (VO) so that the audience can more easily understand the flow of this expository documentary model. Keywords: sotung mago, batak art, expository.  AbstrakSotung Mago merupakan Bahasa Batak yang memiliki arti jangan sampai menghilang. Film Sotung Mago menjelaskan keresahan kepada anak-anak generasi muda yang kurang mengetahui dan memahami mengenai makna kesenian khususnya dalam hal ini Batak Toba. Menurut Dennis Huisman seni dapat dikonsepsi sebagai kegiatan meniru alam, kegiatan bermain-main dengan bentuk seni. Seni dapat dipadankan dengan cara kerja atau metode dan teknik pertukangan. Sedangkan budaya mengandung keseluruhan pengertian nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius dan lain-lain. Kesenian dan kebudayaan biasanya saling berkaitan atau berhubungan yang diwarisi oleh masyarakat khususnya dalam hal ini Batak. Namun, tidak sedikit masyarakat yang telah mengabaikan warisan kesenian dalam Batak Toba sehingga generasi saat ini kurang mengetahui hal tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mngekplorasi penciptaan film dokumenter œSotung Mago dengan menggunakan gaya ekspository serta memvisualisasikan beberapa kesenian Batak Toba melalui film dokumenter. Metode yang digunakan merujuk pada tahapan-tahapan penciptaan kreatif yaitu Tahap Preparation (persiapan), tahap Incubation (Pengeraman), Tahap Ilumination (tahap ilham, inspirasi), Terakhir tahap Verification (tahap pembuktian atau pengujian). Hasil Penciptaan Film Dokumenter œSotung Mago menggunakan model dokumenter ekspository agar visualnya terlihat alami, mendesktiptif, dan informatif melalui penjelasan dari beberapa narasumber terkait, dan ditambah dengan Voice Over (VO) sehingga penonton lebih mudah memahami alur model dokumenter ekspository ini.Kata Kunci: sotung mago, kesenian batak, ekspository.  Authors:Surya Darma : Universitas Potensi UtamaSri Wahyuni : Universitas Potensi UtamaHaga Putra Arza Polem : Universitas Potensi UtamaReferences:Armanto, R. B., Paramita, P., & Suryana, S. (2017). Penulisan Skenario Film Panjang. Jakarta : Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta. Gerzon, R. A. (2017). Dokumenter : Dari Ide Sampai Produksi. Jakarta: FFTV IKJ. Minawati, R. (2014). Musik Pada Film Bukan Sekedar Latar. Jurnal Musikologi Penciptaan dan Pengkajian. Kartono, G., Sugito, S., & Azis, A. C. K. (2021). Pengembangan Bahan Ajar Bermuatan Lokal Batak untuk Sekolah Menengah di Kota Medan. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 10(1), 215-222.Nurcahyani, I. (2017). Penciptaan Film Dokumenter œArtisan Dengan Gaya Ekspositori (Doctoral Dissertation, Institut Seni Indonesia Yogyakarta).Wibowo, P. N. H. (2019). Penciptaan Film Pendek Terinpirasi dari Kotak Pertanyaan Pelajaran Khas di SD Eksperimental Mangunan. TONIL: Jurnal Kajian Sastra, Teater dan Sinema, 16(2).Pratista, H. (2008). Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka.Sahman, H. (1993). Mengenali Dunia Seni Rupa tentang Seni, Karya Seni, Aktifitas Kreatif, Apresiasi, Kritik dan Estetika. Semarang: IKIP Semarang Press.Sugiharti, A. (2016). Perancangan Buku Mengenal Dunia Seni Rupa untuk Anak Usia Dini. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.Sugiyono, S. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.Wahyuni, S., Darma, S., & Saaduddin. (2021). Penciptaan Film Fiksi œDibalik Sungai Ular Menggunakan Alur Non-Linear. Gorga : Jurnal Seni Rupa, 10 (01), 45-55. https://doi.org/10.24114/gr.v10i1.22018

Downloads

Published

2023-12-11

How to Cite

Darma, S., Wahyuni, S., & Polem, H. P. A. (2023). PENCIPTAAN FILM DOKUMENTER œSOTUNG MAGO MENGGUNAKAN GAYA EKSPOSITORY. Gorga : Jurnal Seni Rupa, 12(2), 366–373. https://doi.org/10.24114/gr.v12i2.49069

Issue

Section

Gorga : Jurnal Seni Rupa

Similar Articles

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 > >> 

You may also start an advanced similarity search for this article.