DIFUSI KEBUDAYAAN PADA KESENIAN TULO-TULO DI KOTA SABANG
DOI:
https://doi.org/10.24114/gr.v11i2.38329Abstract
Tulo-tulo is an art created by the people of Nias who transmigrated to Sabang City. The people of Nias settled and lived in the area and then presented their culture in the form of Tulo-tulo art. Tulo-tulo became an art that was adopted by the people of Sabang City and was able to survive in a new area. The existence of Tulo- tulo is a cultural attribute that is able to play a role as an element of building the identity of the people of Sabang City. The occurrence of this did not escape the process of cultural diffusion where it was possible that a group of people brought their culture to a new area. This process can be seen through the history of the birth of tulo-tulo art, until its existence in the midst of the people of Sabang City, it can be identified through the concept of performance and the form of presentation of the art of Tulo-tulo. To dissect the diffusion process in Tulo-tulo art, the researcher uses the diffusion theory according to Koentjaraningrat. The purpose of this study is to identify the process of cultural diffusion in Tulo-tulo art as a form of community identity in Sabang City. The workings of this research use qualitative methods with the following stages: Literature Study, Observation, Interview and Documentation. The source of the data is direct observation with the performers of the tulo-tulo art in the city of Sabang. To help collect data in this study, the researcher used an ethical and emic approach. Where the results of this study will discuss the origin of the art of Tulo- tulo; the concept and form of presentation of the Tulo-tulo art performance; and Tulo-tulo as a result of cultural diffusion. Thus, the diffusion process in the art of tulo-tulo which is seen in the concept of the performance is a blend of the culture of the people of Nias and Aceh. The occurrence of this combination in acculturation can be seen from the performers of the arts, the use of language, and the accompaniment of music.Keywords: tulo-tulo, cultural diffusion, Sabang city. AbstrakTulo-tulo merupakan sebuah kesenian yang diciptakan oleh masyarakat Nias yang bertransmigrasi ke Kota Sabang. Masyarakat Nias menetap dan tinggal di wilayah tersebut dan kemudian menghadirkan kebudayaannya dalam bentuk kesenian Tulo-tulo. Tulo-tulo menjadi kesenian yang diadopsi oleh masyarakat Kota Sabang dan mampu bertahan di wilayah yang baru. Keberadaan Tulo-tulo menjadi atribut budaya yang mampu berperan sebagai unsur pembangun identitas masyarakat Kota Sabang. Terjadinya hal tersebut tidak luput dari proses difusi kebudayaan di mana kemungkinan karena adanya sekelompok masyarakat membawa budayanya ke wilayah yang baru. Proses tersebut dapat dilihat melalui sejarah lahirnya kesenian tulo-tulo, hingga keberadaannya di tengah-tengah masyarakat Kota Sabang, hal tersebut dapat diidentifikasi melalui konsep pertunjukan dan bentuk penyajian kesenian Tulo-tulo. Untuk membedah proses difusi pada kesenian Tulo-tulo, peneliti menggunakan teori difusi menurut Koentjaraningrat. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi proses difusi kebudayaan dalam kesenian Tulo-tulo sebagai bentuk identitas masyarakat di Kota Sabang. Cara kerja dari penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan tahapan antara lain: Studi Pustaka, Observasi, Wawancara dan Dokumentasi. Sumber data yang dilakukan adalah pengamatan lansung dengan pelaku kesenian tulo-tulo yang berada di kota Sabang. Untuk membantu pengumpulan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan Etik dan Emik. Di mana hasil dari penelitian ini akan membahas asal usul kesenian Tulo-tulo; konsep dan bentuk penyajian pertunjukan kesenian Tulo-tulo; dan Tulo-tulo sebagai hasil difusi kebudayaan. Dengan demikian, proses difusi pada kesenian tulo-tulo yang terlihat pada konsep pertunjukannya merupakan perpaduan kebudayaan masyarakat Nias dan Aceh. Terjadinya perpaduan ini secara akulturasi terlihat dari pelaku kesenian, penggunaan bahasa, dan musik iringan.Kata Kunci: tulo-tulo, difusi kebudayaan, kota Sabang. Authors:Haria Nanda Pratama : Institut Seni Budaya Indonesia AcehNadra Akbar Manalu : Institut Seni Budaya Indonesia AcehAbdul Rozak : Institut Seni Budaya Indonesia Aceh References:Koentjaraningrat, K. (1990). Pengantar Ilmu Antrologi (Edisi Baru). Jakarta: PT. Penerbit Rineka Cipta.Maghfirah, A. M., & Erlinda, E. (2019). Transformasi Pencak Silat Parian Menjadi Tari Garigiak di Istano Tuan Gadang Batipuah Kecamatan Batipuah Kabupaten Tanah Datar. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 8(1), 137-142. https://doi.org/10.24114/gr.v8i1.12931.Manalu, N. A., & Sukman, F. F. (2020). Tari Seudati Inong sebagai Wujud Representasi Kesetaraan Gender Dikabupaten Aceh Besar. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 9(2), 367-376. https://doi.org/10.24114/gr.v9i2.20673.Moleong, J. L. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya.Rahayu, T. (2022). œKebudayaan Masyarakat Nias. Hasil Wawancara Pribadi: 15 Juli 2022, Medan.Safitri, W. (2022). œAsal-usul Kesenian Tulo-tulo. Hasil Wawancara Pribadi: 26 Juli 2022, Kota Sabang.Siswantari, H., & Setyaningrum, F. (2018). Rampak Kendang Patimuan Cilacap Sebagai Wujud Difusi Kesenian Jawa Barat. Jurnal Kajian Seni, 4(2), 103-113. https://doi.org/10.22146/jksks.46449.Ulfa, M. (2021). Rekonstruksi Tari Tulo-tulo di Kota Sabang. Skripsi tidak diterbitkan. Banda Aceh: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala.Downloads
Published
2022-12-30
How to Cite
Pratama, H. N., Manalu, N. A., & Rozak, A. (2022). DIFUSI KEBUDAYAAN PADA KESENIAN TULO-TULO DI KOTA SABANG. Gorga : Jurnal Seni Rupa, 11(2), 546–553. https://doi.org/10.24114/gr.v11i2.38329
Issue
Section
Gorga : Jurnal Seni Rupa
License
Copyright (c) 2022 Haria Nanda Pratama, Nadra Akbar Manalu, Abdul Rozak
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Copyright
Authors published in this journal agree to the following terms:
- The copyright of each article is retained by the author (s).
- The author grants the journal the first publication rights with the work simultaneously licensed under the Creative Commons Attribution License, allowing others to share the work with an acknowledgment of authorship and the initial publication in this journal.
- Authors may enter into separate additional contractual agreements for the non-exclusive distribution of published journal versions of the work (for example, posting them to institutional repositories or publishing them in a book), with acknowledgment of their initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (For example in the Institutional Repository or on their website) before and during the submission process, as this can lead to productive exchanges, as well as earlier and larger citations of published work.
- Articles and all related material published are distributed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
License
Gorga : Jurnal Seni Rupa is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.