KAJIAN REPRESENTASI MISTISISME JAWA PADA MISE EN SCENE LATAR FILM KKN DI DESA PENARI

Authors

  • Rizka Salsabila Riadi Institut Teknologi Bandung
  • Intan Rizky Mutiaz Institut Teknologi Bandung

DOI:

https://doi.org/10.24114/gr.v12i2.49137

Keywords:

KKN, Desa Penari, Film Setting

Abstract

The film industry in Indonesia has grown rapidly since the early 20th century and continues to be one of the people's favorite pastimes. Among the various genres of films released, horror films with elements of mystical myths and Indonesian culture are the most popular among audiences. Horror films have the main objective of evoking audience tension through the exploitation of horror elements, with a tense and frightening atmosphere built through physical and psychological mise en scene elements. This research focuses on the representation of Javanese mysticism in the setting of KKN di Desa Penari, an Indonesian horror film that set a record as a feature film with the highest number of viewers. Descriptive qualitative method was used in this research, with data collection through literature search and visual analysis based on the theories of Mise en Scene, Representation, and Cultural Studies of Javanese Mysticism. The results showed that the film succeeded in creating an immersive atmosphere with the use of representations of Javanese mysticism in various mise en scene elements, especially in the setting of places such as the Forest, Sinden Pool, Bathroom and Tapak Tilas, as well as the properties of Selendang Penari, Dancer Clothing, Kawaturih, and Gamelan Musical Instruments. The application of special effects, light and shadow and color in this film also represents mysticism and Javanese culture. Thus, this film successfully combines the representation of Javanese mysticism with strong cinematic elements, thus creating an interesting and captivating work for the audience.Keywords: KKN, Desa Penari, Film Setting. AbstrakIndustri film di Indonesia berkembang pesat sejak awal abad ke-20 dan terus menjadi salah satu hiburan favorit masyarakat. Di antara berbagai genre film yang dirilis, film horor dengan unsur mitos mistis dan budaya Indonesia menjadi paling populer di kalangan penonton. Film horor memiliki tujuan utama membangkitkan ketegangan penonton melalui eksploitasi unsur-unsur horor, dengan suasana tegang dan menakutkan yang dibangun melalui elemen mise en scene fisik dan psikologis Penelitian ini difokuskan pada representasi mistisisme Jawa dalam latar film KKN di Desa Penari, film horor Indonesia yang mencatat rekor sebagai film layar lebar dengan jumlah penonton terbanyak. Metode kualitatif deskriptif digunakan dalam penelitian ini, dengan pengumpulan data melalui pencarian literatur dan analisis visual berdasarkan teori Mise en Scene, Representasi, dan Kajian Budaya Mistisisme Jawa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa film ini berhasil menciptakan suasana mendalam dengan penggunaan representasi mistisisme Jawa pada unsur mise en scene yang beragam, terutama dalam latar tempat seperti Hutan, Kolam Sinden, Bilik Mandi dan Sanggar Tapak Tilas, serta properti Selendang Penari, Busana Penari, Kawaturih, dan Alat Musik Gamelan. Penerapan efek khusus, cahaya dan bayangan serta warna pada film ini juga merepresentasikan mistisisme dan budaya Jawa. Dengan demikian, film ini berhasil menggabungkan representasi mistisisme Jawa dengan elemen sinematik yang kuat, menciptakan karya yang menarik dan memikat bagi penonton.Kata Kunci: KKN, Desa Penari, Latar Film. Authors:Rizka Salsabila Riadi : Institut Teknologi BandungIntan Rizky Mutiaz : Institut Teknologi Bandung References:Agustina, W. L. (2016). Mitos dan sensualitas dalam perkembangan film horor Indonesia. Patrawidya: Seri Penerbitan Penelitian Sejarah Dan Budaya, 17, 193-208.Bordwell, D., dan Thompson, K. (2008). Film Art: An Introduction, McGraw Hill, 550.Geertz, C. (2013). Agama Jawa : Abangan, Santri, Priyayi dalam Kebudayaan Jawa. Depok: Komunitas Bambu.Gustama, A. (2021). Unsur-unsur Gotik dalam Thread dan Novel KKN di Desa Penari: Kajian Sastra Bandingan. MATAPENA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, 4(2), 303-316.Halim, B., & Yulius, Y. (2023). Analisis Semiotika Ferdinand De Saussure pada Film œSelesai. Gorga¯: Jurnal Seni Rupa, 12(1), 63“69. https://doi.org/10.24114/gr.v12i1.41423Herusatoto, B. (2008). Simbolisme Jawa. Ombak, Yogyakarta.Khaira, F., Jamarun, N., & Minawati, R. (2022). Mise En Scene Dalam Film Surat Kecil Untuk Tuhan. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 11(2), 288-295. https://doi.org/10.24114/gr.v11i2.37425Permana, R. S. M., Puspitasari, L., & Indriani, S. S. (2019). Industri film Indonesia dalam perspektif sineas Komunitas Film Sumatera Utara. ProTVF, 3(2), 185-199.Pinel, V. (2017). Genres et Mouvements au Cinéma, LAROUSSE, Paris, 240.Pratama, H. N., & Rozak, A. (2021). Karakteristik Musikal Pada Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. dalam Jurnal Gorga: Jurnal Seni Rupa, 10(2). https://doi.org/10.24114/gr.v10i2.29202Pratista, H. (2008). Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka.Pratista, H. (2017). Memahami Film (2 ed.). Yogyakarta: Montase Press.Pujiyanto, M. (2011). Warna Berbicara. DeKaVe, 1(2), 1-10.Swandhani, A. R., Wahjudi, D., dan Lukitaningsih, L. (2023). Semiotika Roland Barthes sebagai Pendekatan untuk Mengkaji Logo Kantor Pos. Gorga¯: Jurnal Seni Rupa, 12(1), 182“188. https://doi.org/10.24114/gr.v12i1.43650Tjin, E. (2011). Lighting Itu Mudah!. Jakarta: Bukune.Whitehead, J. (2017). Creating Interior Atmosphere: Mise-en-scène and Interior Design. London: Bloomsbury Publishing.Wiyanto, A. (2002). Terampil Bermain Drama. Jakarta: Grasindo.Yoesoef, M. (2013). Film Horor Sebuah Definisiyang Berubah. Wacana, Journal of the Humanities of Indonesia, 5(2), 1.

Downloads

Published

2023-12-30

How to Cite

Riadi, R. S., & Mutiaz, I. R. (2023). KAJIAN REPRESENTASI MISTISISME JAWA PADA MISE EN SCENE LATAR FILM KKN DI DESA PENARI. Gorga : Jurnal Seni Rupa, 12(2), 535–542. https://doi.org/10.24114/gr.v12i2.49137

Issue

Section

Gorga : Jurnal Seni Rupa