Ketahanan Pangan Berkelanjutan di Kabupaten Sukoharjo

Authors

  • Mohammad Isnaini Sadali Faculty of Geography Universitas Gadjah Mada

DOI:

https://doi.org/10.24114/jg.v10i1.8493

Abstract

 AbstrakKabupaten Sukoharjo merupakan kota satelit yang memberi daya dukung bagi kota utamanya (Kota Solo). Pembangunan Kawasan Solo Baru dan Kartasuro sebagai kota satelit mandiri dengan konsep permukiman yang didukung oleh ketersediaan fasilitas penunjang akan berimbas pada perubahan pemanfaatan lahan. Kabupaten Sukoharjo sebagai salah satu lumbung beras nasional justru perlu diperhatikan dan dijaga. Keberadaan lahan pertanian (pangan) di Kabupaten Sukoharjo menjadi terancam oleh intensitas pembangunan kota yang mengarah pada alih fungsi lahan non terbangun (lahan pertanian) menjadi terbangun. Penelitian ini bertujuan: (1) menganalisis kebutuhan dan ketersediaan pangan, (2) menganalisis daya dukung (Carrying Capacity) lahan pertanian dalam mendukung ketahanan pangan, dan (3) melakukan estimasi kebutuhan lahan pertanian pangan di Kabupaten Sukoharjo. Sebesar 44,16% (20.617 ha) lahan di Sukoharjo diperuntukkan untuk sawah. Daya dukung pangan secara keseluruhan di Kabupaten Sukoharjo mampu tercukupi ditunjukkan dengan nilai 1,62 yang berarti bahwa kebutuhan pangan mampu dicukupi dengan luas lahan pertanian dan produksi padi yang dihasilkan saat ini. Kebutuhan lahan pertanian pangan berkelanjutan (KLP2B) menurut kecamatan di Kabupaten Sukoharjo yang masih belum dapat dipenuhi kebutuhan pangan di wilayahnya adalah Kecamatan Kartasura. Hingga 20 tahun ke depan (2031), KLP2B yang tinggi di Kabupaten Sukoharjo masih berada di Kecamatan Grogol, Kecamatan Kartosuro, Kecamatan Mojolaban dan Kecamatan Sukoharjo.Kata kunci: ketahanan pangan, daya dukung, pembangunan wilayah AbstractSukoharjo Regency is a satellite city that provides support for its main city (Solo City). The development of Solo Baru and Kartasuro areas as self-contained satellite cities with the concept of settlements supported by the availability of supporting facilities will impact on land use change. Sukoharjo Regency as one of the national rice granary precisely needs to be considered and maintained. The existence of agricultural land (food) in Sukoharjo Regency becomes threatened by the intensity of urban development that leads to the conversion of non-built land (agricultural land) to be built. This study aims to: (1) analyze the need and availability of food, (2) analyze the carrying capacity of agricultural land in supporting food security, and (3) estimate the needs of food agriculture land in Sukoharjo Regency. A total of 44.16% (20,617 ha) of land in Sukoharjo is reserved for rice fields. The food carrying capacity in Sukoharjo Regency as a whole is sufficiently indicated by a value of 1.62 which means that food needs can be satisfied with the existing area of agricultural land and rice production. The need for sustainable agricultural land (KLP2B) in Sukoharjo Regency that has not been fulfilled by the needs of food in its area is Kartasura District. Until the next 20 years (2031), high KLP2B in Sukoharjo Regency is still in Grogol District, Kartosuro District, Mojolaban District and Sukoharjo District.Keywords: food security, carrying capacity, regional development

References

Arifa, N.S.A. (2017). Harmonisasi Kepemimpinan di Kabupaten Wonosobo dalam Kebijakan Pembangunan Pertanian Berkelanjutan. Jurnal Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 6 (2), 231-238.

Badan Pusat Statistik. (2017). Statistik Indonesia Tahun 2017. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik. (2016). Kabupaten Sukoharjo Dalam Angka Tahun 2016. Sukoharjo: BPS Kabupaten Sukoharjo.

Berutu, N., Lumbantoruan, W., Astuti, A.J.W., dan Rohani. (2015). Analisis Daya Dukung Lingkungan Daerah Aliran Sungai Deli. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 21 (79), 78-84.

Direktorat Jenderal PSP. (2014). Potensi Alih Fungsi Lahan Akibat Tidak Diterapkannya LP2B dalam RTRW Kab./Kota dan Pencetakan Lahan Baru. Jakarta: Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian.

FAO. (1996). World Food Summit, 13-17 November 1996. Rome, Italy: Food and Agriculture Organisation of the United Nations.

Handani, L. N, Wasino, dan Muntholib, A. (2017). Dinamika Produksi Beras dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan Masyarakat di Kabupaten Grobogan Tahun 1984-1998. Journal of Indonesian History, 6 (1): 46-54.

Kurniawan, A. dan Sadali, M. I. (2015). Keistimewaan Lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Kementerian Pertanian. (2014). Strategi Induk Pembangunan Pertanian. Jakarta: Biro Perencanaan, Sekertariat Jenderal Kementerian Pertanian.

McGee, T. G. (1991). The Emergence of Desa-Kota Regions in Asia: Expanding a Hypothesis. McGee, T. G., Gimberg, N., (eds). Hawai: University of Hawaii Press.

Mulyani, A., Nursyamsi, D., dan Syakir, M. (2017). Strategi Pemanfaatan Sumberdaya Lahan untuk Pencapaian Swasembada Beras. Jurnal Sumberdaya Lahan, 11 (1), 11-22.

Mulyani, A., Kuncoro, D., Nursyamsi, D. dan Agus, F. (2016). Analisis Konversi Lahan Sawah: Penggunaan Data Spasial Resolusi Tinggi Memperlihatkan Laju Konversi yang Mengkhawatirkan. Jurnal Tanah dan Iklim, 40 (2), 43-55.

Rusdiana, S. dan Maesya, A. (2017). Pertumbuhan Ekonomi dan Kebutuhan Pangan di Indonesia. Jurnal Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 6 (1), 12-25.

Sadali, M. I. (2016). Mobilitas Pekerja Pada Kawasan Industri Piyungan di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Patrawidya, 17 (3): 83-98. Yogyakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pelestarian Nilai Budaya, DIY

Sadali, M. I. (2014). Trend Perkembangan Penduduk dan Implikasinya Terhadap Kebutuhan RTH (Ruang Terbuka Hijau) di D.I. Yogyakarta.

Prosiding Pertemuan Ilmiah Ikatan Geograf Indonesia (IGI). Eds. Hastuti et al. hlm 366-379. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Geografi UNY.

Sintong, M. (2011). Pemanfaatan lahan Bekas Tambang untuk Tempat Rekreasi dengan Reklamasi di Sungai Bingai Kecamatan Banjai Selatan Kodya Binjai. Jurnal Geografi, 3 (2), 11-18.

Suhardjo dan Tukiran. (1990). Studi Literatur Konsep yang Sudah ada Mengenai Daya Tampung Wilayah. Jakarta: Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup.

Syarief, R., Sumardjo, Kriswantriyono, A., dan Wulandati, Y.P. (2017). Pengembangan Ketahanan Pangan Melalui Pemberdayaan Masyarakat di Kawasan Rawan Konflik Timika Papua. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 22 (3), 163-171.

Syahril, A.T. dan Bahari, D. (2015). Preferensi Konsumsi Beras Berlabel. Agriekonomika, 4 (1), 10-21.

Wahyunto dan Widiastuti, F. (2014). Lahan Sawah Sebagai Pendukung Ketahanan Pangan serta Strategi Pencapaian Kemandirian Pangan. Jurnal Sumberdaya Lahan, 17-30.

WFP Indonesia. (2015). Peta Ketahanan Pangan dan Kerentanan Pangan Papua. Jayapura: WFP Papua.

Downloads

Published

2018-01-02

How to Cite

Sadali, M. I. (2018). Ketahanan Pangan Berkelanjutan di Kabupaten Sukoharjo. JURNAL GEOGRAFI, 10(1), 86–97. https://doi.org/10.24114/jg.v10i1.8493