Pemetaan Rekomendasi Pengelolaan Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi Dari Potensi Ancaman Perambahan

Authors

  • Arinalhaq Arinalhaq
  • Totok Wahyu Wibowo Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

DOI:

https://doi.org/10.24114/jg.v12i01.14987

Abstract

AbstractKawasan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) memiliki ragam potensi keunikan keanekaragaman hayati, alam, budaya dan sosial ekonomi, sehingga keberadaan kawasan ini penting dalam menciptakan hubungan yang berkelanjutan antara manusia dan lingkungan alam. Ancaman akan kelestarian TNGM salah satunya datang dari kegiatan perambahan yang dilakukan oleh manusia. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun peta tingkat potensi perambahan di TNGM dengan menggnakan pemodelan spasial berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG). Pengetahuan tentang tingkat potensi perambahan tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengetahui distribusi wilayah yang perlu disarankan untuk tindakan pengawasan. Pemodelan potensi ancaman perambahan disusun berdasarkan parameter ketinggian tempat, kemiringan lereng, jarak dari jaringan jalan, jarak dari jaringan sungai, jarak dari penggunaan lahan, dan jarak dari permukiman. Proses analisis yang digunakan adalah analisis tumpang susun dengan menggunakan metode kuantitatif berjenjang tertimbang. Hasil pemetaan potensi ancaman kemudian diintegrasikan dengan peta zonasi kawasan untuk menghasilkan rekomendasi tindakan pengawasan. Berdasarkan peta potensi ancaman diketahui bahwa bagian selatan dari daerah kajian memiliki tingkat ancaman yang paling tinggi, yang mana merupakan daerah di sekitar batas TNGM. Analisis rekomendasi tindakan pengawasan menunjukkan bahwa terdapat 1.194,71 hektar (58.35%) dari daerah kajian disarankan untuk diawasi. Daerah tersebut memiliki nilai potensi ancaman perambahan yang relatif tinggi dan termasuk dalam Zona Inti. Tepatnya berada dekat dengan batas kawasan yang kemungkinan besar terpengaruh oleh aktivitas masyarakat.Kata kunci: TNGM, Potensi Ancaman Perambahan, Sistem Informasi Geografis, Pemodelan Spasial. Mount Merapi National Park (TNGM) has a variety of potential uniqueness of biodiversity, nature, culture and socio-economic. The existence of this region is critical in creating sustainable relationships between humans and their natural environment. One of the threats to TNGM sustainability comes from encroachment activities carried out by humans. This study aims to perform spatial modeling by utilizing Geographic Information System to produce potential encroachment level map and uncover the areas that need monitoring. There are six parameters used to develop an encroachment threat model, namely elevation, slope, distance from the road, distance from the hydrological network, distance from land use, and distance from the settlement. Overlay analysis was implemented using a quantitative weighted scoring method. The result is then integrated with the TNGM zonation map to produce recommendations for supervision actions. The map of the potential level of encroachment threat show there are five classes of threat varying from high to low. The high-threat spatial arrangement dominates the southern area which is around the TNGM boundary. Recommendation analysis of supervisory actions shows that there are 1194.71 hectares (58.35%) of the study area recommended being monitored. Those were the region that both have a relatively high potential threat of encroachment and settled in the Core Zone. Precisely located near the boundaries of the area which are commonly affected by community activities.Key words: TNGM, Potential encroachment threat, Geographic Information System, Spatial modelling.

References

Crisana, C.W. (2014). Analisis Perbandingan Metode Klasifikasi Autocorrelation Based Regioclassification (ACRC) Dan Non-ACRC Untuk Data Spasial. Skripsi. Departemen Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Darmawan. (2016). Dampak Pemanfaatan Perumputan Oleh Masyarakat Desa Penyangga (Kasus Perumpuan di Resort Srumbung Taman Nasional Gunung Merapi). Tesis. Magister Ilmu Kehutanan, Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.

Djajono, A. (2009). Persoalan Sosial Ekonomi Seputar Kawasan Hutan œPerambahan Kawasan. Artikel daring. Diakses tanggal 22 Mei 2017.

Kompas, 2012. Taman Nasional Rusak Parah. Artikel daring. URL: http://tekno.kompas.com/read/2012/04/19/01422024/taman.nasional.rusak.parah. Diakses tanggal 5 Juni 2017.

Marhaento, H. dan Rahayu, L. (2015). Risiko Kepunahan Keanekaragaman Hayati di Taman Nasional Gunung Merapi: Tinjauan Spasial. Jurnal Ilmu Kehutanan. 9(2). 75-84.

Mulyanto, L. dan Jaya, I. (2004). Analisis Spasial Degradasi Hutan Dan Deforestasi: Studi Kasus di PT. Duta Maju Timber, Sumatera Barat. Jurnal Manajemen Hutan Tropika. X(1). 29-42.

Purba, S.A. (2010). Pemodelan Spasial Tingat Kerawanan Konversi Lahan Hutan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Deli Sumatra Utara. Skripsi. Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara.

Putikasari, V., Dahlan, E.N., dan Prasetyo, L.B. (2014). Analisis Perubahan Penutupan Lahan dan Faktor Sosial Ekonomi Penyebab Deforestasi di Cagar Alam Kamojang. Media Konservasi. 19(2). 126-140.

Rakhmawati, U. (2008). Pengelolaan Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi Yang Berkelanjutan Dan Berbasis Masyarakat Dengan Kampanye Pride. Rencana Kerja. Yayasan Kanopi Indonesia.

Yuniarsih, A., Marsono, D., Pudyatmoko, S., dan Sadono, R. (2014). Zonasi Taman Nasional Gunung Ciremai Berdasarkan Sensitivitas Kawasan Dan Aktivitas Masyarakat. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 11(3). 239-259.

Downloads

Published

2020-02-10

How to Cite

Arinalhaq, A., & Wibowo, T. W. (2020). Pemetaan Rekomendasi Pengelolaan Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi Dari Potensi Ancaman Perambahan. JURNAL GEOGRAFI, 12(1), 74–83. https://doi.org/10.24114/jg.v12i01.14987