ANALISIS KONEKTIVITAS DAN KARAKTERISTIK LORONG PADA SISTEM HIDROGEOLOGI MATAAIR BETON, KAWASAN KARST GUNUNGSEWU, KABUPATEN GUNUNGKIDUL DENGAN UJI PERUNUTAN
DOI:
https://doi.org/10.24114/jg.v12i02.14474Abstract
Pemahaman tentang sistem hidrogeologi dan wilayah tangkapan air dari sebuah mata air sangatlah penting. Hal ini untuk membantu pengelolaan yang menjaga kelestariannya. Mataair Beton merupakan salah satu mataair yang memiliki peranan yang sangat penting di wilayah Ponjong, Kabupaten Gunungkidul. Suplai air dari mataair ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih, irigasi persawahan dan perikanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konektivitas dan karakterisasi lorong di sistem hidrogeologi Mataair Beton. Metode yang digunakan adalah tracer test dengan menggunakan fluorescent dyes. Hasil analisis menunjukkan bahwa Ponor Seropan memiliki konektivitas dengan Mataair Beton, dan memiliki karakteristik lorong berupa single conduit. Perkembangan lorong yang lanjut menunjukkan bahwa sistem hidrogeologi di lokasi kajian sangat dipengaruhi oleh imbuhan airtanah dari sistem alogenik yang berhulu di wilayah non-karst dan memiliki kerentanan terhadap pencemaran airtanah yang tinggi.Kata Kunci: Karst, Sungai Alogenik, Kawasan Karst Gunung Sewu, Uji Perunutan, Mataair BetonAn understanding of the hydrogeological system and catchment area of spring is very important. This is to help manage that maintains its sustainability. Beton Resurgence is one of the springs that have a very important role in the Ponjong area, Gunungkidul Regency. Water supply from the spring is used to supply clean water, irrigated rice fields, and fisheries. This study aims to determine the connectivity and characterization of Passage in the Beton hydrogeological system. The method used is a tracer test using fluorescent dyes. The results of the analysis of breaktrough curve indicate that Seropan Sinking Stream has connectivity with Beton resurgence, and has passage characteristics in the form of a single conduit. The further development of the passage shows that the hydrogeological system is strongly influenced by groundwater recharge originating from an allogenic system that originates in non-karst areas and has a high groundwater vulnerability to pollution. Keywords: Karst, Allogenic River, Gunungsewu Karst Area, Tracer Test, Beton ResurgenceReferences
Akmaluddin, D., Watanabe, K., & Itaya, T. (2005). New Interpretation On Magmatic Belts Evolution During the Neogene-Quaternary Periods as Revealed from Newly Collected K-Ar Ages from Central-East Java, Indonesia (Doctoral Dissertation, Hagi-Iagi-Perhapi).
Behrens, H., Beims, U., Dieter, H., Dietze, G., Eikmann, T., Grummt, T., ... & Leibundgut, C. (2001). Toxicological and Ecotoxicological Assessment of Water Tracers. Hydrogeology Journal, 9(3), 321-325.
Benischke, R., Goldsceider, N., & Smart, C. (2007). Tracer Techniques. In Goldsceider, N., & Drew, D (eds). Methods in Karst Hydrogeology. Taylor & Francis Group, London.
Bronto, S., Mulyaningsih, S., Hartono, G., & Astuti, B. (2009). Waduk Parangjoho dan Songputri: Alternatif Sumber Erupsi Formasi Semilir di daerah Eromoko, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Indonesian Journal on Geoscience, 4(2), 77-92.
Budiyanto, E. & Lestari, E.P. (2019). Sensitivitas Mata Air Karst Goa Gremeng terhadap Hujan di Area Tangkapannya. Jurnal Geografi: Geografi dan Pengajarannya, 17(1): 63 “ 70.
Cahyadi, A. dan Agniy, R.F. (2016). Analisis Breakthrough Curve untuk Karakteristerisasi Pelorongan Di Sistem Sungai Bawah Tanah Pindul Kabupaten Gunungkidul. Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan Ke-1 Perhimpunan Ahli Airtanah Indonesia (PIT-PAAI). ITB Press, Bandung.
Cahyadi, A., Riyanto, I.A., Adji, T.N., Tivianton, T.A., Agniy, R.A., Ramadhan, F., Naufal, M., dan Saputro, T.C. (2018a). Hidrostratigrafi dan Dampaknya pada Kemunculan Mataair di Sub-Sistem Panggang, Kawasan Karst Gunungsewu, Kabupaten Gunungkidul. Prosiding Seminar Geografi II. Fakultas Geografi UGM, Yogyakarta.
Cahyadi, A.; Riyanto, I.; Irshabdillah, M.R. dan Firizqi, F. (2018b). Inventarisasi dan Karakterisasi Sistem Aliran Sungai Alogenik di Kawasan Karst Gunungsewu Kabupaten Gunungkidul. Laporan Penelitian. Faculty of Geography, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Field, M.S. (2003). A Review of Some Tracer-Test Design Equations for Tracer-Mass Estimation and Sample-Collection Frequency. Environmental Geology, 43: 867-881.
Field, M.S. (2005). Tracer-Test Design for Losing Stream-Aquifer Systems. International Journal of Speleology, 35(1): 25-36.
Ford, D. & Williams, P. (2007). Karst Hydrology and Geomorphology. John Wiley and Sons, Ltd., Chichester, West Sussex.
Gilli, E. (2015). Karstology “ Karst, Caves and Springs: Elements of Fundamental and Applied Karstology. CRC Press, Boca Raton.
Goldscheider, N., Meiman, J., Pronk, M & Smart, C. (2008). Tracer Tests in Karst Hydrogeology and Speleology. International Journal of Speleology, 37 (1): 27-40.
Haryono, E. (2011). Introduction to Gunungsewu Karst: Field Guide of Asian Trans-Disciplinary Karst Conference. Karst Research Group, Faculty of Geography, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Hayono, E.; Barianto, D.H. & Cahyadi, A. (2017). Hidrogeologi Kawasan Karst Gunungsewu: Panduan Lapangan Fieldtrip PIT PAAI ke-2. Perhimpunan Ahli Airtanah Indonesia (PAAI), Yogyakarta.
Hess, J.W. & White, W.B. (1989). Chemical Hydrology. In White, W.B. & White, E.L. (eds). Karst Hydrology: Concepts from the Mammoth Cave Area. Springer, New York.
Käss, W. (1998). Tracing Technique in Geohydrology. Balkema, Rotterdam.
Leibundgut, C., Maloszewski, P. & Külls, C. (2009). Tracer Hydrology. Wiley-Blackwell, New York.
Lestari, Y., Haryono, E. & Fatchurohman, H. (2014). Identifikasi Tingkat Kekritisan Daerah Tangkapan Air sebagai Penentuan Arahan Pengelolaan: Studi Kasus Daerah Tangkapan Mataair Beton, Ponjong, Gunungkidul. dalam Cahyadi, A., Prabawa, B.A., Tivianton, T.A. & Nugraha, H. Ekologi Lingkungan Kawasan Karst Indonesia: Menjaga Asa Kelestarian Kawasan Karst Indonesia, Edisi Dua. Deepublish, Yogyakarta.
Palmer, A.N. (2001). Dynamics of Cave Development by Allogenic Water. Acta Carsologica, 30(2): 13-32.
Palmer, A.N. (2007). Cave Geology. Caves Books, Dayton, Ohio.
Pratiwi, E.S. (2013). Kelemahan dan Kendala Penerapan Metode EPIK dalam Menentukan Zonasi Kerentanan Airtanah Intrinsik di Kawasan Karst Gunungsewu, Indonesia. dalam Sudarmadji, Haryono, E., Adji, T.N., Widyastuti, M., Harini, R., Nurjani, E., Cahyadi, A. & Nugraha, H. (eds.). Ekologi Lingkungan Kawasan Karst Indonesia: Menjaga Asa Kelestarian Kawasan Karst Indonesia. Deepublish, Yogyakarta.
Riyanto, I.A., Cahyadi, A., Adji, T.N., Haryono, E., Widyastuti, M., Agniy, R.F., Fathoni, W.A., Rahmawati, N., & Baskoro, H. (2018). Analisis Konektivitas dan Karakterisasi Pelorongan dengan Uji Perunutan pada Mataair Epikarst Sub-sistem Panggang, Kawasan Karst Gunungsewu. Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan Perhimpunan Ahli Airtanah Indonesia (PAAI). ITB Press, Bandung.
Stanley, N.D., Thomson, G.M., Bentley, H.W. & Styles, G. (1980). Groundwater Tracer: A Short Review. Groundwater Journal, 18(1): 14-21.
Surono, B.T.; Sudarno, I. and Wiryosujono, S. (1992). Peta Geologi Lembar Surakarta 1:100,000. Badan Geologi, Bandung.
Surono. (2008). Sedimentasi Formasi Semilir di Desa Sendang, Wuryantoro,
Wonogiri, Jawa Tengah. Jurnal Sumber Daya Geologi, 28(1): 29-41.
van Bemmelen, R.W. (1949). The Geology of Indonesia, Vol. 1A, General Geology. Martinus Nijhoff, The Hague.
White, W.B. 1988. Geomorphology and Hydrology of Karst Terrains. Oxford University Press, New York.
Worthington, S.R.H. (2011). Management of Carbonate Aquifers. In van Beynen, P.E. (ed). 2011. Karst Management. Springer, Dordrech