GENDANG LIMAPULUH KURANG DUA PADA MASYARAKAT ETNIS KARO DI SUMATERA UTARA
DOI:
https://doi.org/10.24114/jupiis.v5i2.1114Abstract
Lewat media iringan bunyi-bunyian (musik), cerita mitos kejadian dunia (kosmogoni) pada satu masyarakat tertentu disajikan dengan sedemikian indah dan terasa menggugah perasaan bagi siapa saja yang mendengarkannya meskipun tidak melalui dialog secara literer. Demikian pula dengan Gendang Karo Limapuluh Kurang Dua yang berisi tentang cerita kosmogoni yang dipercayai oleh masyarakat Karo. Melalui media musik yang disajikan oleh 4 orang Sierjabaten yang terdiri dari: pengual 1, pengual 2, penarune dan penabuh gong. Gendang ini berdurasi hampir 2 jam yang terbagi dalam 6 frase, terdiri dari 48 gendang tanpa teks tertulis, dan mempunyai makna dan arti berlainan antara satu gendang dengan gendang yang lain. Teriakan allep-allep sebanyak 3 kali yang artinya luapan tanda gembira (hore-hore) oleh semua yang hadir, selalu menjadi tanda bagi setiap akhir dan memulai frase.Published
2014-04-04
Issue
Section
Articles