EKSISTENSI DAN BENTUK LANDOK BEGU PADA MASYARAKAT LAWE SAWAH KECAMATAN KLUET TIMUR DI KABUPATEN ACEH SELATAN
DOI:
https://doi.org/10.24114/bhs.v28i4.10086Abstract
Seni dapat dilihat dari wujud, dan juga dapat berarti apabila dikaitkan dengan realitas lainnya. Agar seni dapat dipahami sebagai bagian dari dinamika sosial kultural, maka perlu diketahui eksistensi dan fenomena dari seni itu sendiri. Eksistensi landok begu sebagai tarian tradisi pernah terhenti karena tidak kondusifnya kondisi masyarakat, sebagai dampak dari konflik politik antara pemerintahan dengan GAM. Ketika perselisihan GAM dan Pasukan TNI mulai menemukan titik terang ke arah perdamaian, sehingga masyarakat yang dulunya tidak berani berekspresi kembali menunjukan eksistensi. Landok begu yang semula merupakan tarian ritual untuk tolak bala dari serangan harimau, telah mengalami pergeseran menjadi pertunjukan. Gerak-gerak tarian adalah gerak silat dan gerak-gerak harimau. Adapun ragam gerak adalah gerak salam pembuka, gerak silat, silat main, harimau bertengkar, harimau bertarung, dan salam penutup. Musik iringan Landok begu terdiri dari satu buah gong besar, dua buah gendang dan dua buah canang. Kostum Landok begu sangat sederhana yang menyesuaikan dengan karakter seekor harimau yaitu dengan kostum bercorakkan harimau berwarna coklat.Downloads
Issue
Section
Articles
License
Copyright (c) 1970 Nur wani

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.