Mandadang: Kearifan Lokal Masyarakat Batak untuk Perempuan Pasca Melahirkan
DOI:
https://doi.org/10.24114/antro.v8i1.32150Keywords:
Mandadang, Tradisi, Suku BatakAbstract
Indonesia merupakan negara yang majemuk atau beraneka ragam suku, bangsa dan agamanya. Keanekaragaman suku, bangsa dan agama ini berpengaruh akan banyaknya variasi budaya. Salah satunya adat istiadat pada suku Batak di kabupaten simalungun yaitu tradisi Mandadang. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses rangkaian tradisi Mandadang sebagai cara untuk mengeringkan atau penghangatan setelah melahirkan. Subjek dalam penelitian adalah individu, benda atau organisme yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif, cara pengumpulan data dengan observasi partisipasi, dan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan cara melakukan mandadang dengan mendekatkan badan ibu dengan kayu bakar pada tungku masak atau api unggun berjarak 1-2 m. Masyarakat batak melakukan ini karena, beberapa wilayah yang ditempatinya memiliki suhu rendah serta banyaknya darah yang dikeluarkan menyebabkan tubuh menjadi dingin. Budaya ini dilakukan menyerupai inkubator tetapi versi zaman dulu namun lebih ekonomis serta dipercaya dapat mempercepat kesembuhan perempuan pasca melahirkan yang sudah turun temurun dipraktikkan. Mandadang dilakukan selama 1 bulan, karena perkembangan zaman berkurang menjadi 1 minggu. Indonesia is a country that is diverse or diverse in terms of ethnicity, nation and religion. This diversity of tribes, nations and religions will affect the number of cultural variations. One of the customs of the Batak tribe in Simalungun Regency is the Mandadang tradition. This study aims to describe the process of a series of mandadang traditions as a way to dry or warm up after giving birth. Subjects in the study are individuals in this case women who have performed postnatal care, objects or organisms needed in collecting research data. In this study using qualitative methods, data collection methods with participatory observation, and in-depth interviews. The results showed how to do mandadang by bringing the mother's body closer to firewood on a cooking stove or bonfire 1-2 m apart. The Batak people carry out this tradition on post-natal women to increase blood flow to all body tissues and reduce or even eliminate the sensation of pain in the body after giving birth. Due to the low geographical area, which certainly has a low temperature and the amount of blood released, the body becomes cold. This culture is carried out like an incubator but the ancient version is more economical and is believed to speed up the recovery of women after giving birth which has been practiced for generations. Mandadang is carried out for a month, because the development of the times is reduced to a week.References
Alo Liliweri. (2002). Makna budaya dalam komunikasi antar budaya. Yogyakarta: Pelangi Aksara.
Anwar, A., & Soerachman, R. (2014). Kesehatan ibu dan bayi yang melakukan tradisi sei dan gambaran kesehatan lingkungan rumah bulat (ume˜kbubu) di Kabupaten Timor Tengah Selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Jurnal Kesehatan Reproduksi, 5(1), 56“64. Arif, Muttaqin, 2009. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Pernafasan. Salemba Medika, Jakarta.
D.M. Azuba, M.U. Yusuf, N.Indriani. 2021. œTradisi Mandadang. Hasil Wawancara Pribadi: 4 Juli 2021, via vidio call (vc)
D.M. Azuba, M.U. Yusuf, N.Indriani. 2021. œefek yang ditimbulkan terkait tradisi mandadang bagi kesehatan. Hasil Wawancara Pribadi: 4 Juli 2021, tape recorder.
Ihromi, T.O. (2006). Pokok-pokok antropologi budaya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Koentjaraningrat. (2000). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta.
Mansyur, N. (2014). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Malang : Selaksa Medika.
Notoatmodjo, S. (2008). Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Peursen, C.A. van. (1988). Strategi kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius
Saragih, M. S. (2018). Perawatan Ibu Nifas Menurut Suku Simalungun. 1-97.
Swasono,M.F.(2005).Kehamilan,kelahiran, perawatan ibu dan bayi dalam konteks budaya. Jakarta: UI Press
Smith, 2003. Dampak Asap Kayu Bakar bagi Kesehatan.
Usman & Sapril (2018). Pemanfaatan budaya posoropu dalam perawatan masa nifas oleh perempuan Buton Utara. Jurnal MKMI, 14(3), 268-277.
Downloads
Published
Issue
Section
License
Copyright (c) 2022 Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology)

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License
Authors who publish with this journal agree to the following terms:
- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under Creative Commons Attribution 4.0 International License that allows others to share the work with an acknowledgement of the work's authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgement of its initial publication in this journal.Penulis.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (Refer to The Effect of Open Access).