Pantang Larang pada Kegiatan Ekonomi Puak Melayu Akit Hatas Pulau Rupat

Authors

  • Suci Nadia Universitas Andalas
  • Nursyirwan Effendi Universitas Andalas
  • Yevita Nurti Universitas Andalas

DOI:

https://doi.org/10.24114/antro.v7i1.23379

Keywords:

oral tradition, prohibition, akit hatas

Abstract

The oral tradition is one of the traditions that can still be found in Old Malay Puak. For example, Gurindam, Koba, Rindai and so on. One of the oral traditions in Puak Melayu Akit Hatas Pulau Rupat is the tradition of Prohibition. Parents used to use the expression forbidden to forbid their children and grandchildren in teaching them how to behave so as not to harm themselves and others. The expression of prohibition varies, however the discussion of prohibition in this paper revolves around the variety, content and meaning of prohibition in community economic activities, including activities in the fields and at sea. Prohibition Usually is associated with unseen nature, natural disasters or animals which, if violated intentionally or not, will cause undesirable things. The number of shifts in cultural values due to the entry of new people around Puak Melayu Akit Hatas does not affect the public's view of the oral tradition. This paper is intended to describe how the sound and meaning of prohibition and how it is used in several economic activities in society.

Author Biographies

Suci Nadia, Universitas Andalas

Antropologi Fisip

Nursyirwan Effendi, Universitas Andalas

Antropologi, Fisip

Yevita Nurti, Universitas Andalas

Antropologi, Fisip

References

Almos, R. (2013). Ujaran Pantang Salah Satu Budaya Tutur Masyarakat Minangkabau. Jurnal Elektronik Jabatan Bahasa & Kebudayaan Melayu, 4(1), 40“61

Amir, A. (2013). Sastra Lisan Indonesia. Yogyakarta: Andi Offset

Fajarini, U. (2014). Peranan Kearifan Lokal dalam Pendidikan Karakter. Jurnal Sosio Didaktika. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarifuddin Jakarta. Vol.1, No 2.

Hamidy, U.U. (2004). Jagat Melayu Dalam Lintasan Budaya di Riau.Pekanbaru: Bilik Kreatif Press

Meigalia E, W. and P. Y. (2019). Salawat Dulang Oral Literature As a Means Transmission of Minangkabau Noble Values Culture From Generation To Generation (Sastra Lisan Salawat Dulang Sebagai Sarana Transmisi Nilai-Nilai Luhur Kebudayaan Minangkabau Dari Generasi Ke Generasi). Gramatika STKIP PGRI Sumatera Barat, 5(2), 179“193

Nurmalina. (2015). Pantang Larang dalam Masyarakat Kampar dan Relevansinya dengan Pendidikan Karakter. Jurnal Obsesi. 1(1), 12-20.

Saefudin. (2016). Pantangan Dan Larangan Masyarakat Dayak Halong Dalam Lingkungan Adat Berbasis Kearifan Lokal. Multilingual, XV(2), 135“147.

Sarmidi, G. (2015). Keberadaan Wacana Pantang Larang Berlaras Gender Sebagai Tradisi Lisan, Fenomena Bahasa, Dan Sastra Lisan Di Indonesia. Jurnal Inspirasi Pendidikan, 5(1), 553-559. https://doi.org/10.21067/jip.v5i1.685

Semi, A. (1984). Kritik Sastra. Bandung: Angkasa

Spradley. J.P. (2006). Metode Penelitian Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana

Stepanus, (2014). Pantang Larang Masyarakat Dayak Sungkung Kecamatan Siding Kabupaten Bengkayang: Suatu Kajian Sosiolinguistik. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitati, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Syam, E.A., (2011). Pantang Larang Dalam Fenomena Sosial Masyarakat Melayu.Jurnal Ilmu Budaya, 8(1), 12-20.

Tim Pusat Penelitian Kebudayaan dan Kemasyarakatan Universitas Riau, (2012). Ensiklopedia Kebudayaan Melayu Riau Jilid IV N-R.Pekanbaru: Pusat Penelitian Kebudayaan dan Kemasyarakatan Lembaga Penelitian Universitas Riau

Yeni, L.F., Nurizzati and Zulfikarni (2013). Ungkapan Pantang Larang Wanita Hamil di Kenagarian Pangian Kecamatan Lintau Buo Tanah Datar. PendidikanBahasa Dan Sastra Indonesia, 340“346.

Downloads

Published

2021-06-24