Fenomena Sawah sebagai Dasar Penciptaan Karya Tari Pamatang

Authors

  • Yan Stevenson Institut Seni Indonesia Padangpanjang
  • Wardi Metro Institut Seni Indonesia Padangpanjang

DOI:

https://doi.org/10.24114/gondang.v5i1.21098

Keywords:

Pamatang, Kehati-Hatian, Kepemimpinan

Abstract

Pamatang diartikan juga bagaimana kehati-hatian dalam berjalan di sawah baik yang searah ataupun yang berlawanan arah. Konsep Karya Tari pada ide dasarnya, dikemukanakan dalam pamatang adalah bagaimana kita menjadikan batasan pengarapan yang akan dicapai dan kehati-hatian dalam menjalankan kehidupan. Pemikiran dalam berkarya yang berangkat dalam artian pamatang merupakan suatu hal yang harus dijalankan dengan baik, kehati-hatian dalam menjalankan pola hidup di tengah masyarakat, jika kita tidak berhati-hati dalam berjalan dipematang maka kita akan tergelincir dan masuk kedalam sawah. Perkembangan dalam menentukan ide garap karya tari pamatang berdasarkan dari filosofis pamatang itu sendiri, sebuah batasan wilayah yang akan ditanam dan kehati-hatian dalam berjalan dipematang. Pemikiran ide kreatif dalam melahirkan bentuk karya seni tentu akan berbeda-beda pada setiap orang yang akan menafsirkannya. Pengkarya disini menampilkan dengan dua orang penari untuk menampilkan karya tari pamatang, dua orang penari menyimbolkan dua laras kepemimpinan di Minangkabau yaitu Bodi Chaniago dan Koto Piliang yang keduanya memilki aturan tertentu dalam menjalankan tata pemerintahannya. Artinya kepimpinan dalam karya pamatang ini kehati-hatian dalam bertindak dan mengambil keputusan yang tepat, karena berdampak kepada kaumnya.

Author Biographies

Yan Stevenson, Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Fakultas Seni Pertunjukan

Wardi Metro, Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Fakultas Seni Pertunjukan

References

Dibia, I.W. (2003). Bergerak Menurut Kata Hati. Jakarta: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

Hadi, Y.S. (1996). Aspek-Aspek Dasar Koregrafi Kelompok. Yogyakarta: Mantili.

Hadi, Y.S. (2012).Koreografi Bentuk Teknik Dan Isi.Yogyakarta:Mantili

Hidayat, R. (2011).Koreografi dan Kreativitas. Yogyakarta. Kendil Media Pustaka Seni Indonesia.

Hidayat, R. (2017).Kreativitas Koregrafi,Jawa Timur. Surya Pena Gemilang

Lathief, H. (2006). Eksplorasi Seni Sastra, Tari, Musik dan Teater. Makasar: Padat Daya.

Lesmandri. (2020). Wawancara tanggal 25-02-2020, Pukul. 21.30 WIB. Batusangkar. Dok. Yan Stevenson.

Lois. E. (1997). Pedoman dasar menata Tari, Terjemahan Sal Murgianto. Jakarta: Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta.

Navis, A.A. (1984). Alam Terkembang Jadi Guru dan KebudayaanMinangkabau. Jakarta: Grafiti Press.

Prastiawan, I., & Suharyanto, A., (2014). Sejarah Tari, Medan: UNIMED.

Rochana, S. Dan Wahyudiarto, D. (2014). Pengantar Koreografi. Surakarta. ISI Press Surakarta.

Smith, J. (1985). Komposisi Tari. Terjemahaan, Ben Suharto. Yogyakarta: Ikalasti.

Sudiana, I.K. dan Sepyanawati, N.L.P. (2017). Keterampilan Dasar Pencak Silat.Depok :PT Raja Grafindo Persada.

Supriatna. R.A., dan Suwarna, D., (2019). Mencipta Lewat Seni.Jakarta. Mitra Kencana Media

Utama, I. (2017). Tari Minangkabau. Malaysia: Universiti Malaya.

Downloads

Published

2021-03-01

How to Cite

Stevenson, Y., & Metro, W. (2021). Fenomena Sawah sebagai Dasar Penciptaan Karya Tari Pamatang. Gondang: Jurnal Seni Dan Budaya, 5(1), 99–107. https://doi.org/10.24114/gondang.v5i1.21098